Model Arrester SiC Menggunakan Model
Arrester ZnO IEEE WG 3.4.11
Nama : Eire Abdul A
Simanjuntak
NIM : 5113331009
Jurusan Pendidikan Teknik
Elektro
Universitas Negeri Medan
Abstrak
Model arrester sangat
dibutuhkan untuk menganalisis koordinasi isolasi dalam suatu sistem tenaga
listrik. Model arrester yang dibuat harus memberikan tanggapan yang sesuai
untuk semua kondisi gangguan transient. Dalam makalah ini dihasilkan simulasi
dengan menggunakan model yang dimodifikasi dari model IEEE WG 3.4.11. Model ini
dimodifikasi dengan menambahkan saklar yang dipengaruhi tegangan. Hasil yang
didapatkan dari pemodelan kemudian akan dibandingkan dengan pengujian di
laboratorium terhadap arrester SiC 12 kV. Pengujian dilakukan dengan surja
tegangan dengan waktu muka 1.2 sampai 29.7 μs dan puncak tegangan diberikan sebanyak 3 tingkatan, 51 kV,
52.5 kV dan 54 kV. Perbandingan hasil pengujian dan simulasi memberikan
perbedaan sebesar 4.332 % untuk tegangan potong dan 3.259 % untuk tegangan
residu arus pelepasan.
Kata kunci: Model
Arrester, Arrester SiC, Respons Transient.
Pendahuluan
Gangguan surja petir merupakan
salah satu gangguan alamiah yang akan dialami sistem tenaga listrik. Gangguan
surja petir ini dapat diatasi dengan menggunakan peralatan proteksi arrester.
Salah satu jenis arreter yang ada adalah arrester dengan bahan SiC dengan sela
udara.
Arrester ini walau saat ini sudah sangat jarang diproduksi, namun masih banyak dipergunakan. Sehingga untuk menganalisis unjuk kerja arrester dalam suatu jaringan listrik yang besar, diperlukan model arrester yang representatif. Pemodelan arrester saat ini sangat berkembang dengan adanya peralatan komputasi yang cepat, yang ditunjang dengan kehadiran komputer yang semakin cepat. Saat ini telah banyak dipergunakan perangkat lunak untuk memodelkan fungsi kerja arrester. Salah satu diantaranya adalah perangkat lunak Electromagnetic Transient Program (EMTP).
Arrester ini walau saat ini sudah sangat jarang diproduksi, namun masih banyak dipergunakan. Sehingga untuk menganalisis unjuk kerja arrester dalam suatu jaringan listrik yang besar, diperlukan model arrester yang representatif. Pemodelan arrester saat ini sangat berkembang dengan adanya peralatan komputasi yang cepat, yang ditunjang dengan kehadiran komputer yang semakin cepat. Saat ini telah banyak dipergunakan perangkat lunak untuk memodelkan fungsi kerja arrester. Salah satu diantaranya adalah perangkat lunak Electromagnetic Transient Program (EMTP).
Dalam makalah ini dibahas model arrester SiC yang didasarkan
pada model IEEE WG 3.11 tahun 1992, menggunakan perangkat lunak EMTP.
Tinjauan Pustaka
Model arrester ZnO yang
diajukan oleh IEEE WG.3.4.11 tahun 1992 ditunjukan dalam gambar 1 [1]. Model
arrester ZnO ini dikenal sebagai model “arrester-ganda“. Konstanta-konstanta L0,
R0, L1 , R1,
dan C , dihitung dengan persamaan berikut :
L0 = 0.2 d/n μH (1)
R0 = 100 d/n Ω (2)
L1 = 15 d/n μH (3)
R1 = 65 d/n Ω (4)
C = 100 n/d pF (5)
dengan :
d = panjang keseluruhan
arrester
n = jumlah kolom paralel
Komponen A0 dan A1 merupakan
komponen arrester ganda, dengan karakteristik menggambarkan
perbandingan arus (I) dan
tegangan (V) untuk setiap nilai arus tertentu. Karakteristik arrester A0 dan A1
dihitung dengan menggunakan karakteristik arrester untuk impuls 8 x 20 μs. Titik-titik karakteristikarrester
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah.
I
= p Vq
dengan :
I = arus melalui A0
p,q = konstanta
V = VI /Vref
VI = tegangan residu saat
arus I
Vref = tegangan kerja
sistem (arrester)
Konstanta p dan q dihitung
dengan menggunakan
persamaan berikut :
dengan:
I1 = arus saat 1
I0 = arus saat 0
V1 = tegangan residu saat 1
V0 = tegangan residu saat 0
Vref = tegangan referensi
Arus saat 1 dan 0 didapat dari tabel karkteristik arrester
tegangan residu 8/20 μs
(tabel 1). Arus aat 1 menggunakan data arus tegangan residu yang tertinggi, dan
arus saat 0 menggunakan arus tegangan residu yang lebih rendah. Model arrester
dengan bahan SiC yang mempunyai sela (gap) dimodelkan dengan menggunakan
model arrester ZnO pada IEEE WG.3.4.11 tahun 1992, dengan penambahan saklar
yang dipengaruhi tegangan. Penambahan sela dimaksudkan untuk menirukan proses flashover
pada sela arrester. Saklar ini dipasang seri dengan model arrester yang
digunakan. Model yang dihasilkan dengan penambahan sela ini ditampilkan dalam
gambar 2 [3]. Arrester yang diuji adalah arrester SiC dengan sela udara, 12 kV.
Gambar 1. Model
Arrester ZnO, IEEE WG.3.4.11, thn 1992
Gambar 2. Model
Arrester SiC yang diusulkan
Hasil
Pengujian dan Simulasi
Dalam penelitian ini
dibahas dua arrester yakni arrester NHK SiC 12 kV tipe NVD. Arrester yang digunakan
memiliki spesifikasi seperti dalam tabel 1. Tabel 1. Data arrester yang digunakan,
Arrester SiC 12 kV [2]
Model arrester seperti gambar 2, diuji dengan
menggunakan perangkat lunak EMTP [4]. Sumber
impuls digunakan menirukan
pembangkit surja yang digunakan menguji di laboratorium. Dari persamaan 1 s/d 6
didapatkan konstanta-konstanta model arrester sebagai berikut :
L0 = 0.065 μH
R0 = 32.5 Ω
C = 307.692 pF
L1 = 4.875 μH
R1 = 21.125 Ω
Sedangkan karakteristik A0 dan
A1 ditunjukkan dalam tabel 2
Tabel 2.
Karakteristik Ao
dan A1
Pengujian dilakukan dengan menggunakan generator impuls
Ogawa Seiki type D205 (gambar 3), dengan tegangan pengujian sebesar 51 kV, 52.5
kV dan 54 kV. Tegangan sebasar 51 s/d 54 kV diberikan sebanyak tiga untuk tiap
tegangan yang sama. Tegangan potong dan residu dihitung sebagai ratarata dari
ketiga pengujian untuk tiap besar tegangan yang sama.
Gambar 3. Pengujian
Arrester
Generator impuls OSK D205 yang digunakan merupakan generator
impuls dengan rangkaian marx 4 tingkat. Osiloskop Textronic TDS 310 dihubungkan
dengan sebuah PC melalui hubungan serial. Hasil simulasi respon arrester SiC
ditunjukkan dalam gambar 4. Simulasi dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak EMTP dan TOP. Sebagai perbandingan terhadap simulasi, dilakukan dengan
pengujian arrester yang dimodelkan terhadap surja tegangan yang sama dengan
simulasi.
Pembahasan
Model
yang digunakan dengan mengacu model arrester ZnO pada IEEE WG 3.4.11 tahun
1992.Model SiC dibuat dengan memodifikasi model ZnO pada IEEE WG 3.4.11 tahun
1992, yakni dengan menambahkan saklar yang dipengaruhi tegangan. Model arrester
SiC yang dihasilkan memberikan respon seperti gambar 4.b. Hasil simulasi
menunjukkan tegangan akan turun dengan cepat dari nilai sparkover-nya
mencapai tegangan residu arus discharge. Besar tegangan sparkover
dan tegangan residu arus discharge dipengaruhi oleh
karakteristik arrester, dengan kata lain, nilai-nilai ini dipengaruhi oleh
jenis bahan arrester yang digunakan.
(d)
Gambar 4. Respon
arrester SiC 12 kV, terhadap surja 51.5 kV, 1.2 x 50 μs
Gambar 5. Tegangan sparkover
dan tegangan residu arus discharge pada berbagai tegangan uji
dan waktu muka gelombang.
Hasil simulasi yang
diperoleh dibandingkan dengan hasil pengujian untuk arrester yang sama (gbr
4.d). Dari perbandingan terlihat hasil simulasi masih mempunyai kekurangan
dalam respon untuk tegangan residu arus discharge. Hal ini
terlihat dari penurunan tegangan residu arus discharge yang lebih
cepat pada hasil simulasi dibandingkan dengan hasil pengujian. Besar tegangan sparkover
hasil simulasi dan pengujian akan mengalami penurunan seiring dengan
semakin besarnya waktu muka gelombang surja tegangan yang diberikan. Hal yang
sama juga terjadi pada tegangan residu arus discharge (gambar 5).
Besar perbedaan hasil simulasi dengan pengujian adalah 4.332% untuk tegangan sparkover
dan 3.259% untuk tegangan residu arus discharge. Bentuk ekor
gelombang sesudah terjadinya sparkover, terlihat masih belum sesuai dengan
hasil pengujian. Terlihat bahwa ekor gelombang yang menurun lebih cepat dari
hasil pengujian. Sehingga masih diperlukan beberapa perbaikan model simulasi
yang dilakukan.
Kesimpulan
1.
Model arrester ZnO yang
diajukan oleh IEEE WG 3.4.11 tahun 1992 dapat digunakan sebagai dasar pemodelan
arrester SiC.
2. Model arrester SiC 12 kV, menghasilkan penurunan tegangan residu
arus discharge yang lebih besar dari hasil pengujian.
3.
Pemodelan arrester SiC 12
kV, menghasilkan perbedaan sebesar 4.332% untuk tegangan potong dan 3.259%
untuk tegangan residu arus discharge.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar