ESTIMASI
LOKASI HUBUNG SINGKAT
BERDASARKAN TEGANGAN DAN ARUS
Nama :
Eire Abdul A Simanjuntak
NIM :
5113331009
Jurusan
Pendidikan Teknik Elektro
Universitas
Negeri Medan
Abstrak
Gangguan
hubung singkat pada saluran transmisi tenaga listrik sering terjadi, karena
gangguan dapat menimbulkan arus relatif besar yang pada umumnya akan mengakibatkan
kerusakan mekanis pada peralatan-peralatan listrik yang terhubung dengan sistim
yang sedang mengalami gangguan tersebut. Proteksi pada saluran transmisi
biasanya menggunakan sistim proteksi dengan rele jarak, sehingga sering disebut
sistim proteksi jarak. Salah satu jenis rele jarak tersebut adalah rele
impedansi. Rele jarak tidak dirancang untuk menentukan letak gangguan hubung
singkat secara tepat karena adanya pengaruh impedansi gangguan yang besarnya
tidak dapat ditentukan sebelumnya.
Kata
kunci ;
Hubung singkat, Proteksi, Tegangan dan Arus
Gangguan sistem kelistrikan pada saluran
transmisi tenaga listrik sering terjadi, gangguan ini dapat menimbulkan arus
relatif besar yang pada umumnya akan mengakibatkan kerusakan mekanis
pada peralatan-peralatan listrik yang terhubung dengan sistem yang sedang mengalami gangguan tersebut.Gangguan-gangguan ini tidak hanya gangguan tegangan lebih tetapi juga gangguan hubung singkat, yang dapat disebabkan oleh sambaran petir, yang dapat merusak peralatan atau elemen-elemen jaringan yang lainnya.
Menurut Arismunandar dan Kuwahara (1978), gangguan yang sering terjadi pada saluran transmisi pada saluran 110 – 154 kV disebabkan oleh gejala-gejala alamiah seperti petir, angin, banjir, gempa dan lain-lain. Salah satu gangguan yang pernah terjadi pada sistem kelistrikan SUTT 150 kV Sulawesi Selatan adalah gangguan saluran transmisi yang terjadi pada tanggal 5 April 2004. Gangguan tersebut diakibatkan oleh sambaran petir pada saluran Parepare – Pangkep yang menyebabkan suplai daya di 13 kabupaten dan kota terhenti (Fajar, 6 April 2004). Peristiwa tersebut berlangsung sekitar 30 menit dan menghebohkan paling tidak di 13 kota, karena kebetulan peristiwa ini terjadi pada saat-saat perhitungan suara PEMILU Legeslatif se Indonesia yang menyebabkan beberapa kotak suara hilang (Fajar, 6 April 2004). Proteksi saluran transmisi mempunyai peranan penting dalam perlindungan sistem daya, karena saluran transmisi merupakan elemen vital suatu sistem tenaga listrik yang menghubungkan stasiun pembangkitan dengan pusat-pusat beban. Untuk mencegah kondisi abnormal dan membatasi gangguan yang terjadi, maka suatu sistem saluran tenaga listrik perlu mendapatkan perlindungan (proteksi). Proteksi haruslah memiliki tingkat selektifitas, kecepatan dan tingkat kepekaan yang tinggi, agar dapat dikatakan bahwa sistem proteksi yang terpasang itu benar-benar handal (Anderson, 2000). Dengan demikian, kontinuitas penyaluran daya listrik sewaktu terjadi gangguan pada suatu sistem ganda dapat dipertahankan, karena proteksi akan membatasi gangguan tersebut, sehingga mutu pelayanan, keamanan peralatan, dan stabilitas operasi dapat dipertahankan. Gambar sederhana sebuah sistem tenaga listrik dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
pada peralatan-peralatan listrik yang terhubung dengan sistem yang sedang mengalami gangguan tersebut.Gangguan-gangguan ini tidak hanya gangguan tegangan lebih tetapi juga gangguan hubung singkat, yang dapat disebabkan oleh sambaran petir, yang dapat merusak peralatan atau elemen-elemen jaringan yang lainnya.
Menurut Arismunandar dan Kuwahara (1978), gangguan yang sering terjadi pada saluran transmisi pada saluran 110 – 154 kV disebabkan oleh gejala-gejala alamiah seperti petir, angin, banjir, gempa dan lain-lain. Salah satu gangguan yang pernah terjadi pada sistem kelistrikan SUTT 150 kV Sulawesi Selatan adalah gangguan saluran transmisi yang terjadi pada tanggal 5 April 2004. Gangguan tersebut diakibatkan oleh sambaran petir pada saluran Parepare – Pangkep yang menyebabkan suplai daya di 13 kabupaten dan kota terhenti (Fajar, 6 April 2004). Peristiwa tersebut berlangsung sekitar 30 menit dan menghebohkan paling tidak di 13 kota, karena kebetulan peristiwa ini terjadi pada saat-saat perhitungan suara PEMILU Legeslatif se Indonesia yang menyebabkan beberapa kotak suara hilang (Fajar, 6 April 2004). Proteksi saluran transmisi mempunyai peranan penting dalam perlindungan sistem daya, karena saluran transmisi merupakan elemen vital suatu sistem tenaga listrik yang menghubungkan stasiun pembangkitan dengan pusat-pusat beban. Untuk mencegah kondisi abnormal dan membatasi gangguan yang terjadi, maka suatu sistem saluran tenaga listrik perlu mendapatkan perlindungan (proteksi). Proteksi haruslah memiliki tingkat selektifitas, kecepatan dan tingkat kepekaan yang tinggi, agar dapat dikatakan bahwa sistem proteksi yang terpasang itu benar-benar handal (Anderson, 2000). Dengan demikian, kontinuitas penyaluran daya listrik sewaktu terjadi gangguan pada suatu sistem ganda dapat dipertahankan, karena proteksi akan membatasi gangguan tersebut, sehingga mutu pelayanan, keamanan peralatan, dan stabilitas operasi dapat dipertahankan. Gambar sederhana sebuah sistem tenaga listrik dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar
1. Elemen pokok sistem tenaga lisrik
Pada umumnya proteksi saluran transmisi tenaga
listrik menggunakan sistem proteksi dengan rele jarak, sehingga sering disebut
sistem proteksi jarak. Salah satu jenis rele jarak tersebut adalah rele
impedansi. Rele jarak dapat memberikan indikasi daerah dimana gangguan hubung
singkat terjadi, tetapi rele jarak tidak dirancang untuk menentukan letak
gangguan hubung singkat secara tepat karena adanya pengaruh impedansi gangguan
yang besarnya tidak dapat ditentukan sebelumnya. Dengan memanfaatkan hasil
pengukuran rele impedansi digital, yang terdiri dari arus, tegangan dan impedansi
yang dirasakan rele terhadap gangguan, ada suatu metoda mengestimasi lokasi
gangguan secara tepat.
Setiap
bagian sistem tenaga tidak luput dari kemungkinan mengalami gangguan, hubungan-singkat
yang terjadi harus diisolir secepatnya, melalui sebuah peralatan pengaman, karena
itu secara garis besar sistem proteksi berfungsi :
1.
Melindungi
elemen sistem tenaga terhadap gangguan yang terjadi dalam sistem, agar tidak sampai
mengalami kerusakan.
2.
Melokalisir
gangguan , sehingga bagian yang tidak sehat itu segera lepas dan bagianyang
sehat tetap beroperasi.
Menurut Stevenson (1996), proteksi adalah suatu peralatan atau sistem yang
berfungsi untuk mendeteksi perubahan parameter sistem, mengisolasi dan memisahkan
bagian yang berubah parameternya atau terkena gangguan dari suatu keadaan yang
tidak normal. Pada prinsipnya sistem proteksi terdiri atas beberapa buah
komponen sistem proteksi, di antaranya adalah :
ü
Transformator
arus dan tegangan (CTdan VT)
ü
Rele
proteksi.
ü
Pemutus
daya ( CB ) dan
ü
Sumber
DC
Dalam proses perlindungan sistem terhadap
gangguan, komponen tersebut harus bekerja dengan benar dan saling mendukung sesuai
fungsinya masing-masing , untuk memperjelas kaitan antara komponen tersebut, hubungannya
diberikan pada gambar 2. Para peneliti terdahulu telah mengem bangkan teknik
pengamatan dengan menghitung besaran arus ditempat terjadinya gangguan, tetapi
kurang tepat kemudin dikembangkan lagi teknik estmasi lokasi gangguan hubung
singkat yang pada dasarnya mengunakan hasil pengukuran arus dan tegangan frekuensi
sistim pada terminal yang terhubung dengan saluran yang mengalami gangguan hubung
singkat. Metoda ini dapat diklasi fikasikan dalam dua kategori yaitu:
1.
Pengukuran
arus dan tegangan dilakukan pada salah satu terminal yang terhubung dengan
saluran yang mengalami gangguanhubung singkat,
2.
Pengukuran
arus dan tegangan dilakukan pada kedua terminal yang menghubungkan saluran yang
mengalami gangguan hubung singkat.
Gambar 2. Rangkaian
dasar relai proteksi
Metoda estimasi lokasi gangguan tipe (1)
ini dapat digunakan dengan asumsi bahwa sumber tegangan berasal dari satu
terminal, sehingga dengan demikian metoda ini tidak sesuai untuk mengestimasi
lokasi gangguan apabila arus gangguan berasal dari dua buah terminal. Metoda estimasi
tipe(1) ini telah dikembangkan oleh
TAKAGI AT ALL, ERIKSSON AT ALL. Mereka menggunakan data arus sebelum dan
saat gangguan serta data tegangan pada saat gangguan terjadi yang diukur pada
satu terminal.Mereka juga menggunakan faktor distribusi arus dimana faktor ini
mencakup impedansi sumber.
Dalam prakteknya, impedansi sumber ini tidak
dapat diperoleh dengan mudah karena adanya kemungkinan perubahan konfigurasi sistem
akibat pelepasan maupun penambahan generator pada saat-saat tertentu. Dengan demikian
faktor tersebut harus terlebih dahulu dihitung setiap proses estimasi
berlangsung, atau setidaknya-tidaknya dicek terlebih dahulu.Selanjutnya suatu
pengem bangan metodestimasi lokasi gangguan hubung singkat pada saluran
transmisi dengan metode noniteratif (tipe 2). Alat ini bekerja secara otomatis dan
manual. Bekerja secara otomatis yaitu melepaskan beban dan menarik kembali
beban, sesuai setting arus yang digunakan dan bekerja secara manual apabila
terjadi penurunan arus dan beban yang ingin dilepas tidak sebesar yang
diinginkan sesuai dengan penentuan daerah yang dilepas dengan melakukan
pemblokan pada selectors switch yang dipasang pada masing-masing
penyulang (feeder).
Daerah I diatur untuk menjangkau hanya 80%
persen dari sebuah penghantar diukur dari masing-masing ujung. Alasan pokok
yang dikemukakan adalah karena rele-rele jarak dan peralatan-peralatan yang
terkait mempunyai kesalahan-kesalahan (error) dan untuk menghindari pelepasan
CB yang tidak tepat untuk gangguan-gangguan yang terjadi di dalam saluran berikutnya
perlu disediakan suatu batas keamanan. Secara serupa daerah II menjangkau cukup
jauh ke dalam saluran berikutnya untuk menjamin proteksi yang pasti karena
bagian dari saluran itu diliputi oleh daerah I. Karakteristik
dari
suatu rele impedansi terarah dalam bidang RX pada gambar 2.8, menunjukkan suatu
garis putus yang dinamakan tempat kedudukan impedansi jaringan (line
impedance locus). Di sepanjang garis ini dilukiskan sebagai impedansi urutan
positif dari saluran yang dilindungi. Unit terarah dari rele itu menyebabkan
pemisahan daerah kerja (trip) dan daerah bertahan (block)oleh
suatu garis yang ditarik tegak lurus pada tempat kedudukan impedansi jaringan.
Sehingga untuk dapat menentukan besar setting
impedansi rele jarak pada suatu gardu induk menurut (Stevenson, 1996),
digunakan rumus di bawah ini :
Gardu
induk A ke gardu D
Daerah
I = (80% x ZAB) x ZS
Daerah
II = (ZAB + 50% x ZBC) x ZS
Daerah
III = (ZAB + ZBC + 25% x ZCD) x ZS
Gardu
induk B ke gardu D
Daerah
I = (80% x ZBC) x ZS
Daerah
II = (ZBC + 50% x ZCD) x ZS
Daerah
III = (ZBC + 125% x ZCD) x ZS
Gardu
induk C ke gardu D
Daerah
I = (80% x ZCD) x ZS
Daerah
II = (150% x ZCD) x Z
Keterangan
:
ZAB
: Panjang saluran gardu induk A ke gardu induk B.
ZBC
: Panjang saluran gardu induk B ke gardu induk C.
ZCD
: Panjang saluran gardu induk C ke gardu induk D.
ZS
: Impedansi transformator pada sisi sekunder.
Sedangkan untuk dapat menentukan impedansi
transformator pada sisi sekunder, maka digunakan perbandingan tranformator arus
(CT) dan Trafo tegangan (VT) dengan menggunakan
rumus
:
Dimana
:
Zs
= Impedansi sisi sekunder trafo CT dan VT, (ohm) (Impedansi yang terukur oleh
rele)
ZP
= Impedansi sisi Primer, (ohm) (ImpedansiSaluran Transmisi)
Perbandingan
CT = Perbandingan Arus Primerdengan Arus sekunder trafo arus (ampere)
Perbandingan
VT = Perbandingan tegangan primer dengan tegangan sekuder transformato tegangan
(volt)
Berdasarkan hasil penelitian pada kasus Saluran
Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Sulawesi Selatan pada umumnya menggunakan Rele
jarak atau Distance relay sebagai proteksi utama dan OCR (over
current protection) dan GFR (ground fault relay) sebagai proteksi
cadangan. Pada sistem Tegangan tinggi PLN fungsi utama OCR dan GFR penghantar
adalah sebagai pengaman
cadangan
terhadap pengaman utama penghantar, adapun pola yang diterapkan dalam penyetingannya
adalah disetting 1 detik pada gangguan arus hubung singkat maksimum pada bus
yang bersangkutan.
Pada saluran udara tegangan tinggi 150 kV
Sulawesi Selatan terdapat 7 buah jenis rele jarak yang terpasang di beberapa
Gardu Induk, ketujuh tipe tersebut antara lain ; RYLS2 pabrik Toshiba 18 buah,
REL 511 pabrik ABB 4 buah, 7SA511V3 pabrik siemens 4 buah, S21 pabrik Merlin
Gerin 3 buah, MXL1E pabrik toshiba 10 buah, Quadramhe:SHPM 101 pabrik GEC Alsthom
2 buah dan REL 316 pabrik ABB 2 buah. Masing-masing rele terpasang tersebut disetting
waktu 0,00 (instateneous) pada daerah proteksi I, 0,4 pada daerah proteksi
II dan 1,6 pada daerah proteksi III.
SIMPULAN
Berdasarkan pada pengamatan dan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan alat yang bekerja secara otomatis yaitu melepaskan
beban dan menarik kembali beban, sesuai setting arus yang digunakan dan bekerja
secara manual apabila terjadi penurunan arus dan beban yang ingin dilepas yang
diinginkan sesuai dengan penentuan daerah yang dilepas dengan melakukan
pemblokan pada selectors switch yang dipasang pada masing-masing
penyulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar